Jangan ditiru yah. Ini foto masih jamannya saya alay. Hahahaa.. |
Tiket sudah ditangan, hari keberangkatan pun tiba. Setelah setengah hari masuk jam kerja, saya kembali ke rumah untuk mengambil carrier 45 L yang sudah saya packing beberapa hari sebelumnya. Sambil melawan derasnya hujan sore itu di Jakarta (14/10), saya tiba di bandara Soetta mepet sekali. Malam itu saya bertolak ke Bali, sekitar jam 10 malam saya sudah di bandara Ngurah Rai. Tak ada rencana untuk main-main di Bali malam itu, karena pesawat promo yang saya pesan ke Lombok take off esok paginya. Jadilah malam itu saya dengan Andrew menyampah (makan kuaci sampai ledes) di resto KFC bandara Ngurah Rai. Tidur di musholla seadanya sampai pagi esok menjelang.
Langit pagi itu cerah sekali, puncak Gunung Agung Bali pun terlihat dari jendela pesawat yang saya tumpangi. A]khirnya setelah hampir dua tahun, saya kembali lagi ke kota ini. Di pesawat, saya sempat membaca majalah traveling, yang membahas tentang Sekotong, surga kepulauan di barat Lombok. Ah jika saja waktu libur yang saya miliki lebih panjang, saya pasti kesana. Gili Kedis, gili sudak, gili nangu.. wait for me, I'll be back with my -soon to be- beloved husband! *sambil ngimpi kesana bulan madu* hahahaa..
Bandar udara Lombok yang baru di bangun. Masih memakai baju yang sama dihari sebelumnya sebelum berangkat ke kantor :D |
Hangatnya matahari pagi Lombok menyambut kami. Bus damri yang kami tumpangi datang setelah ditunggu lebih dari satu jam. Kami pun menuju terminal Bestari untuk dijemput rombongan tour Lombok - Flores. Pfftt.. Travel agent? Tour? Mendengarnya saja saya ogah. Tapi kali itu saya memang terpaksa untuk ikut rombongan tour, karena rencana saya ke Flores memang solo. Meski
akhirnya saya berangkat dari Jakarta tidak sendiri, bersama
Andrew, teman nemu di komunitas Backpacker Indonesia dan Hengki, senior
di kampus saya dulu kuliah di Bandung. Tapi, jutsru karena tour ini lah, nanti saya akan bertemu dengan orang-orang yang sangat menyenangkan. Saya memilih untuk ikut rombongan tour salah satunya karena kendala budget, nggak mungkin kan saya nyewa kapal sendirian selama empat dari dari Lombok sampai Labuan Bajo. Untuk tiket pulang pergi saja saya harus ngirit-ngirit nggak jajan di kantor. Mungkin lebih tepatnya tour yang saya pesan adalah tour sailing trip ala backpacker. Karena tour selama empat hari ini bisa dihitung murah.
Untuk menuju pelabuhan tempat awal pelayaran kami menuju Sumbawa, kami menaiki bus yang sudah disediakan oleh Bang Adi selama hampir dua jam. Sebut saja jasa sailing trip yang saya pakai ini bang Adi, kapten yang nantinya akan menemani perjalanan panjang kami ke Flores. Orang yang paling nyentrik selama di kapal. Kapal yang akan membawa kami berlayar bernama NALORINA, yang artinya yang indah berasal dari bahasa sasak kalau saya tidak salah ingat.
Sang nahkoda sedang serius mengemudi, sambil menyetel musik reggae |
Siang menuju sore itu perjalanan kami dimulai dengan saling mengenal antar teman seperjalanan yang berasal dari berbagai suku bangsa negara. Sambil menikmati sisa senja yang kemudian ditutup awan mendung menuju Gili Bola untuk berlabuh. Malam pertama kami sempat dihadang hujan badai sehingga membuat kami semua terjaga. Pukul sepuluh malam kapal baru bisa berlabuh, dan malam itu kami tidur ditemani jutaan bintang yang bersinar terang di langit Lombok. Menikmati shooting stars dari atas kapal adalah pengalaman pertama bagi saya. Sangat berbeda sekali dari puncak gunung atau tepi pantai. Karena semua gelap, tak ada satupun polusi cahaya, bintang-bintang malam itu sungguh menakjubkan. Malam itu pun saya tidur di dek depan menghadap ke langit, yang tadinya bertiga dengan Novy dan Tom, akhirnya saya jadi sendirian.
Look at the stars, look how they shine for you..
Sekitar jam dua pagi, kapal melanjutkan pelayaran ke Sumbawa. Kami di sambut matahari terbit dari balik pulau Sumbawa yang membuat silau mata. The sky is clear setelah hujan badai semalam. Pulau yang akan kami eksplor adalah Pulau Moyo. Saat jangkar diturunkan, beberapa diantara kami sudah nyebur. Malas nyebur untuk menuju Moyo, saya menggunakan sampan yang ternyata membutuhkan keahlian khusus untuk menggunakannya, karena salah sedikit pasti oleng. Setelah itu kami trekkking sekitar 15 menit untuk menuju lokasi air terjun. Beruntung karena semalam hujan, air terjun lumayan deras. Menuruut beberapa blog, air terjun ini akan sangat tidak kece sekali saat musim kering.
Ups sorry, don't look at the left side :p |
Pesisir pantai di Pulau Moyo |
Setelah tak tahan merasakan segarnya air tawar di sungai, saya pun akhrinya nyebur juga dengan kondisi berpakaian lengkap. Hahahaa.. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan ke Pulau Satonda yang membutuhkan waktu kurang lebih 2 jam. Nah disana, saya baru benar-benar nyelam. Meski karang-karang di Pulau Satonda tidak begitu menarik, populasi ikannya lumayan banyak. Ketemu ikan apa aja ya? Aduh lupa saking banyaknya.. Setelah snorkeling, kami dibawa ke Pulau satonda untuk menikmati danau air asin yang terletak ditengah pulau. Hanya perlu sedikit trekking, untuk menuju lokasi teratas view danau Moti Toi ini. Sayangnya, saya tak dapat menikmatinya. Karena baru saja sampai atas, saya sudah kebelet beol hingga membuat wajah saya pucat dan cepat-cepat kembali ke kapal menuju kamar mandi T.T
Senyum sumringah menuju Satonda sebelum kejadian kebelet |
Danau Moti Toi di Pulau Satonda |
Sedikit cerita tentang Satonda. Satonda adalah kepanjangan dari kata sampan dan tonda. Jadi dahulu kala nama Satonda diambil dari sampan yang pernah ditinggalkan di selat sumbawa sehingga ditarik menuju pulau itu. Lalu, danau air asin yang ada ditengah pulau ini dinamakan Moti Toi dari bahasa Bima yang artinya laut kecil. Di danau ini hanya hidup ikan-ikan kecil yang suka menggigit-gigit kulit kita, seperti ikan-ikan terapi yang sering ada di mall.
Sore hari nya, kami melanjutkan perlayaran kami selama delapan belas jam! Ya, 18 belas jam untuk menuju laut Flores. Untunglah, teman-teman seperjalanan saya ini tidak membosankan, dari siang ke sore, lalu malam ke pagi, disela-sela waktu berenang kami main kartu. Atau sekedar bercerita tentang "daun surga" sambil makan kuaci. Bahasa tidak menjadi masalah, toh sejak sekolah dasar kita sudah dijejali bahasa inggris. Dan permainan yang paling tidak membosankan adalah Cangkulan. Kita bisa main sampai tujuh orang. Kapten kami, si Adi pun ikutan main.
Saat kita bercanda dalam bahasa kami, Tom ikutan tertawa. Dia bilang dia nggak ngerti kita becandain apa, yang pasti dia ikutan tertawa karena kita tertawa. Ya! Karena tertawa itu menular! |
Malam itu sisa lelah tanpa istirahat cukup, perjalanan dari Jakarta ke Bali, lalu dilanjutkan ke Lombok hingga saya bisa sampai ke Sumbawa ini, saya tidur beralaskan matras empuk yang lumayan bisa membuat saya tertidur pulas hingga esok pagi terbangun disambut fajar merah dari laut Flores. (*Bersambung ke Flores!)
banyak pantai2 cantik di sumbawa
ReplyDeleteNice! ini bersambungnya kemana ya mba? hehe... ko ga nemu :p aku rencana mau sailing juga. lagi kumpulin info.
ReplyDeleteeh iya lupa dimasukkin link nya, nyambungnya ke sini mbak http://www.n-journal.com/2013/02/flores-dream-come-true.html salam kenal ya!
DeleteMba, share dong CP sama budget trip nya? hehe.. saya jadi tertarik buat kesana nih
ReplyDeleteThanks
kontak langsung kesini aja http://kencanaadventure.com/
Delete