Sore itu saya terburu-buru menuju terminal. Tak ada yang dapat membuat saya begitu terburu-buru ingin pulang, selain kerinduan saya padanya.
Setelah tiga hari berturut-turut pesan teks masuk ke ponsel saya yang terus menanyakan kapan saya pulang, hari itu saya teringat bahwa kemarin tepatnya tanggal 10 Maret adalah tanggal lahir ibu saya. Saya tidak lupa, hanya saja karena kesibukan di tanggal 10 saya sampai lupa untuk mengucapkan selamat padanya. Jam 11 siang, dari Lembang saya tancap gas langsung menuju kosan saya di Bandung Selatan. Saya pun menghubungi adik saya di Jakarta. Lucunya, ibu malah lupa bahwa kemarin adalah hari ulang tahunnya. Ya, saya tahu dia selalu sibuk memikirkan anaknya. Apalagi anaknya ini yang sering lupa membalas pesan teksnya, dan selalu mengundur-ngundur waktu untuk pulang ke rumah.
Di perjalanan ke terminal, saya mampir ke toko buku. Saya tidak akan kesulitan mencari hadiah untuknya, karena saya tahu betapa ia sangat mencintai buku dan hobinya membaca buku tentang agama. Di dalam bus, saya menelponnya untuk memberi tahu bahwa saya sedang dalam perjalanan, saya tak mau membuatnya khawatir jika saya sampai Jakarta malam hari. Sampai di rumah, sebuah kejutan kecil kami buat berempat. Saya kira ia sedang istirahat, tapi ternyata ia masih mengenakan mukenanya. Dengan kaget ia menyambut kami penuh haru, mungkin itu pertama kalinya ia diberi kejutan dengan sepotong kue ulang tahun dan lilin.. Selamat ulang tahun, ma.. We always love you..
Saya tahu dalam doanya pasti terselip nama ku dan ketiga adikku |
Tidak ada komentar
Posting Komentar