Saya dan Jakarta

27 Jun 2012

saya menulis ini ditengah lautan manusia. untuk pertama kali saya tulis menggunakan telepon selular. bukan seperti biasanya, disaat yang tenang dan cozy sambil menyeruput kopi.
satu jam yang lalu, saat matahari mulai meninggalkan horizon bumi saya keluar dari tempat nyaman saya di depan meja kantor. sambil membawa ransel dan menplug ipod ksayangan saya sebagai teman jalan. saya memang suka jalan kaki. karenanya kendaraaan roda dua yang saya bawa saya tinggalkan di halte paling dekat rumah saya. kemudian saya naik transjakarta, lalu di lanjutkan dengan jalan kaki ke kantor kira kira 10 menit.

bercerita tentang bagaimana saya tibatiba ingin menulis adalah karena luapan setelah   hampir sebulan meniti karir di ibu kota. bukan luapan kekesalan atau kekecewaan tentang pekerjaan, atau tentang buruk dan semrawutnya negeri ini. tapi tentang bagaimana saya melewatinya.

saya sudah belajar merasakan ketidaknyamanan ketika traveling ke kota-kota lain. saya belajar bagaimana menahan diri untuk tidak marah saat saya terdesak. saya belajar untuk mensyukuri setiap keadaan meski saya sulit bernafas ditengah kerumunan orang.

saya suka pekerjaan saya, karenanya saya tak akan mengeluh tentangnya, sjdkpaya jgzka suka jakarta, karenanya saya takkan menyalahkan jakarta dengan segala keruwetannya.

saya suka pekerjaan saya, karenanya saya takkan mengeluh tentangnya. saya juga suka jakarta, karenanya saya takkan menyalahkan jakarta dengan segala keruwetannya. aah... paling tidak saya sudah berbuat sesuatu untuk kota ini, dengan tidak menambah macet jalanan kota, dengan berpeluh sesak merasakan macet di dalam halte busway. tak apalah, hari ini saya belajar, bahwa saya harus keluar kantor sebelum pukul setengah 6 sore!

banyak yang bertanya, kenapa saya mau merasakan lelahnya bekerja di jakarta. tentu bukan karena materi, toh imbalan saya bekerja juga tak sberapa. memang butuh perjuangan untuk bertahan hidup di kota yang tak pernah tidur ini. tapi saya menikmatinya. seberapapun lelahnya, semua rasa penat itu akan hilang saat saya pulang ke rumah, saat saya mencium tangan ibu saya lalu mendengarkannya bercerita, atau saat adik-adik saya mulai jahil mengganggu saya saat telat makan malam. ah iya saya belum makan, akhirnya tulisan ini berakhir saat saya sudah di rumah!

1 komentar

  1. lumayan buat ngisi kebosanan dijalan haha jempol kapalan efeknya :))

    BalasHapus