We wander for distraction, we travel for fulfillment. - Hilaire Belloc |
Banyaknya bangunan peninggalan Portugis menjadikan Macau mirip dengan sebuah kota kecil di Eropa. Itinerary hari kedua kami di Macau adalah menjelajah dan merasakan euforia Eropa dengan mengunjungi situs bersejarah nya. Tidak hanya di Macau Peninsula, kami juga berencana ke Taipa dan mengakhiri hari di Coloane. Kami juga menyempatkan waktu untuk menjajal kuliner Macau yang masih kental dengan pengaruh Portugis.
Ruins of St Paul
Ngga afdhol ke Macau kalau ngga mampir ke bangunan ini. Tapi jangan sekali-kali ke Ruin of St Paul pada siang atau sore hari karena situs tersebut sangatlah dipadati para pelancong. Makanya kami sengaja bangun lebih pagi untuk bisa menikmati bangunan bersejarah itu sambil mendengarkan suara-suara burung di taman yang ada di samping situs Ruin of St Paul. Brew pun tampak syahdu sambil menunggu saya mengambil gambar. Di taman ada beberapa warga lokal usia lanjut yang sedang taichi. Menambah syahdu suasana pagi itu. Oiya bangunan ini mirip sekali denga istana Noland The Liar yang ada dalam cerita komik kesukaan kami, One Piece. Bangunan yang hanya ada bagian depannya saja, seperti gerbang atau papan.
Sejuknya pagi hari di Macau saat autumn, memulai petualangan kami sampai ke Coloane. |
Senado Square, Dominic Square dan Augustine Square
Turun dari situs Ruin of St Paul, kami melewati banyak pertokoan yang masih tutup lalu menembus ke Senado Square yang merupakan kawasan area terbuka dimana banyak berjejer pertokoan dan restoran yang dibangun dengan arsitektur bekas Portugis. Bangunan-bangunan itu masih terawat dan menjadi tujuan wisata. Selain Senado Square, ada Augustine Square dan Dominic Square yang lokasinya saling berdekatan, cukup jalan kaki saja.
St Dominic Church
|
Senado Square yang dihiasi dengan pernak pernik untuk perayaan Natal |
Kami engga lama-lama di sini karena toko juga belum ada yang buka. Lokasi tiga situs ini pun dekat sekali dengan penginapan kami jadi kami bisa balik kapan aja. So, the next destination will be Guia Hill. Mari kita nanjak-nanjak lagi!
Guia Light House
Baru sadar tulisanku makin kebawah makin ngirit. Di setiap sudut kota Macau kami punya banyak cerita yang ngga bisa saya tuang semua. Petualangan kami ke Guia Hill sudah saya tulis sebulan lalu di sini, karena masih anget-anget nya. Nemu tempat ini iseng-iseng pas browsing di tripadvisor. Mau spot yang berbeda di Macau? wajib banget ke Guia Hill!
Guia Light House and Chapel |
Dari Guia Hill kami turun ke jalanan di sekitar situs makam St Miguel. Nyasar-nyasar lagi deh tembus-tembus ke komplek sekolah dan balik lagi ke Circle K ketemu lagi sama mba Nana. Serunya get lost tanpa GPS, kami nemuin hal-hal yang tak terduga. Makan Indonesian fried noodle, favorit warga-warga disekitar komplek Guia, yang sebenarnya itu mie instan merk Sedaap yang dijual di CK. Berjalan di sepanjang kompleks pertokoan barang-barang branded, narik ATM, dan tembus-tembus di tempat yang tak terduga -yang tak ada di itinerary.
Makan mie sedaap lalu nyasar-nyasar |
A Ma Temple & Moorish Barrack
Rua Do CunHa
Dari A Ma Temple, sebenarnya tujuan kami ingin ke Taipa House Museum. Tapi kami salah turun di di sebuah gang yang ramai dipadati pelancong. Sempat dapet info dari majalah 3sixty yang ku baca pas di pesawat, gang ini memang jadi spot yang wajib didatangi di Macau. Penasaran juga sih akhirnya saya dan Brew coba iseng masuk ke jalan ini, dan ternyata kanan kiri adalah toko souvenir dan cafe-cafe yang menyajikan kuliner Macau. Yang paling ramai tentu aja Koi Kei Bakery yang menjual oleh-oleh yang banyak dibeli turis asal Cina selatan.
Taipa House Museum
Setelah berjalan menyusuri komplek Guia sampai ke depan jalan Hotel Grand Lisboa, tanpa pikir panjang kampung langsung menumpang bus untuk menuju A Ma Temple yang juga masih satu kompleks dengan Lilau Square dan Mandarin's House. Siangnya yang terik membuat kami berteduh dibawah pohon-pohon yang rindang di samping Mandarin's House. Terus ngapain aja di A Ma Temple? Kami cuma numpang duduk di pekarangan tadi menikmati angin sepoi-sepoi, sambil makan Portuguese egg tart dan minum air dingin. Mau coba masuk ke A Ma temple tapi udah terlanjur males karena mulai rame.
A Ma Temple & Mandarin House. Saat kami kesana, Moorish Barack masih sedang di renovasi. |
Rua Do CunHa
Dari A Ma Temple, sebenarnya tujuan kami ingin ke Taipa House Museum. Tapi kami salah turun di di sebuah gang yang ramai dipadati pelancong. Sempat dapet info dari majalah 3sixty yang ku baca pas di pesawat, gang ini memang jadi spot yang wajib didatangi di Macau. Penasaran juga sih akhirnya saya dan Brew coba iseng masuk ke jalan ini, dan ternyata kanan kiri adalah toko souvenir dan cafe-cafe yang menyajikan kuliner Macau. Yang paling ramai tentu aja Koi Kei Bakery yang menjual oleh-oleh yang banyak dibeli turis asal Cina selatan.
Gang Ruo Do CunHa yang dipadati turis |
Di belakang Brew itu gang Ruo Do CunHa, dan ini tangga menuju Taipa House Museum |
Saya sendiri hanya membeli kartu pos Macau untuk saya sendiri, hehe. Brew pengen banget nyobain Serradura yang ada di sebuah toko yang kami lewati. Penasaran karena tidak ada harganya, kami coba masuk ke dalam cafe dan ternyata harganya ngga masuk akal, untuk satu cup kecil berdiameter 8cm dihargai HKD50 (sekitar 90ribu). Ada sekumpulan pelancong *kayaknya masih SMA* yang iseng membelinya dan setengah menyesal setelah ditertawai teman-temannya diluar toko karena harganya yang mahal tapi mungkin rasanya biasa aja. Hahaha.. Kami pun urung membeli Serradura di sana, dan tetep.. membeli lagi egg tart buat nahan lapar.
Egg tart lagi.....! Untungnya Brew doyan. Jadi tiap laper belinya ini. Nyari makanan halal itu susyah nya minta ampun, jadi kemana-mana kita makannya kalo ga roti ya kue |
Setelah makan egg tart di Ruo Do CunHa, kami bergegas ke komplek Taipa House Museum. Tidak begitu jauh sih tapi lumayan berjalan kaki. Sampai di sana, sedang ada sesi foto wedding yang ruamenya lumayan lah, mungkin ada sekitar 5-6 pasangan. Saya pun jadi ikutan nonton.
Taipa House Museum |
Museum ini berisikan informasi sejarah dan budaya Macau. Di dalamnya dibangun ruang-ruang yang lengkap dengan furnitur asli yang mengidentikan suasana rumah kala itu. Kami diperbolehkan masuk untuk mengintip, dan tentu saja tanpa dipungut biaya. Setelah itu kami menikmati angin desa Taipa dengan duduk-duduk di bangku taman yang menghadap ke padang ilalang yang dibelakangnya tampak bangunan-bangunan megah kasino dan hotel.
Hari mulai sore di Taipa |
Dari Taipa House Museum kami melanjutkan petualangan kami ke Coloane. Niat awalnya sih mau nikmatin sunset gitu di pantai Hac Sa atau Cheoc Van yang ada di Desa Coloane. Namun karena kami nyasar-nyasar lagi dan terpaksa selama sejam menunggu bus yang menuju Coloane akhirnya senja di Macau kami nikmati dari halte bus. Sedih sih, tapi petualangan kami belum berakhir. Petualangan paling romantis kami di Macau akan lanjut di Desa Coloane.
Bersambung . . .
Berkeliling Kota Macau
Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 1)
Macau, The Little Europe and Las Vegas of Asia (Part 2)
Mengabiskan Sisa Hari Di Coloane
Tidak ada komentar
Posting Komentar