Tidak jauh dari Cochem town, berdiri Burg Eltz, sebuah kastil yang berada di atas bukit di kelilingi oleh hutan dan sungai. Burg Eltz adalah kastil jaman pertengahan yang masih dimiliki oleh House of Eltz, keluarga bangsawan Jerman. Dari beberapa kastil yang berdiri di sepanjang sungai Rhein, Burg Eltz merupakan salah satu kastil yang masih berdiri kokoh dan masih dijaga.
Selama empat hari tinggal di Cochem, kami menyempatkan waktu untuk melemaskan otot-otot kaki lagi dengan melakukan trekking ke Burg Eltz. Kami berangkat pagi hari, setelah sarapan secukupnya. Kami mendapat info, bus umum untuk menuju kesana hanya ada di akhir pekan. Oleh karenanya, kami menggunakan kereta yang ongkosnya sedikit lebih mahal. Cukup mudah untuk membeli tiketnya, karena di setiap stasiun sudah ada "Fahrkarten" atau mesin otomotis untuk membeli tiket. Stasiun terdekat adalah Moselkern dengan rute Cochem(Mosel) - Klotten - Treis Karden - Moselkern.
Kalau Cochem adalah kota kecil di lembah Mosel yang tidak banyak orang tahu, maka stasiun Moselkern lebih antah berantah lagi. Kami sampai di sana dan tidak ada kehidupan di stasiun, tidak ada orang yang bisa kami sapa atau kami tanyakan. Tapi petunjuk jalan ke Burg Eltz cukup membantu. Kami melewati perumahan warga lokal yang sangat sepi, seperti sebuah desa yang masih asri. Beberapa dekor eksterior rumah di sana pun menyita perhatian. Senang rasanya berjalan kaki di antara rumah-rumah yang unyu ini, sampai kami tiba di jalan yang hanya ada hutan saja, rumah-rumah semakin sedikit. Barulah lelah itu semakin terasa, rasanya mau hitching tapi jarang sekali mobil yang lewat.
Jalan yang kami lewati mengikuti aliran sungai Elzbach, kami pun sesekali menepi ke sungai. Menghilangkan rasa lelah dengan menikmati suara air yang mengalir. Kami terus melangkah sampai di pemberhentian pertama, Landhotel Ringelsteiner Mühle, yang berarti kami sudah berjalan sejauh 2,5Km. Dari sini baru kami bertemu dengan beberapa pelancong, yang menginap di hotel dan beberapa ada yang datang dengan membawa mobil pribadi. Awalnya kami berpikir akan ada shuttle bus dari sini, tapi ternyata jalanan yang kami lewati semakin offroad. Dari hotel ini, jalanan yang kita lalui mulai menanjak. This is the real hike.
Untungnya perbukitan ini masih tertutup pohon-pohon yang rindang, jadi matahari summer tidak terlalu kerasa. Kalau di jalan dari stasiun tadi kami masih sempat foto-foto, sekarang kami lebih fokus untuk bisa mencapai kastil. Beginilah kalau sudah tidak lama naik gunung, latihan fisik pun hanya sesekali, trekking 5 kilometer saja sudah bikin saya ngos-ngosan. Akhirnya kami sampai setelah hampir dua jam berjalan kaki.
Jalur trekking yang kami lewati menembus ke bagian belakang kastil. Masih ada satu tangga lagi yang harus kami naiki untuk sampai ke depan kastil. What am I doing here? Lelah sekali. Saya langsung merebahkan badan ke bebatuan yang ada di luar kastil, depan kamar mandi. Kami melihat banyak sekali turis di sini, padahal sepanjang kami trekking tidak terlalu banyak pejalan yang lewat. Setelah kami berjalan ke sekeliling kastil, memang ada shuttle bus, yang membawa para turis dari Wierschem. Setelah kami tanyakan, shuttle bus yang ada tidak mengantar ke stasiun terdekat, tapi ke parkiran mobil terakhir di Wierschem. Itu berarti, untuk pulang kami harus trekking lagi.
Dari pada pusing mikirin jalan kembali pulang, kami nongkrong cantik sebentar di kafe yang ada di teras kastil. Makan eskrim semangka dan kentang goreng. Kami memutari kastil di luar area entrance-fee. Kenapa udah jauh-jauh ngga masuk ke dalam kastil? Biaya masuknya mahal bo! Untuk bisa menggapai kota ini saja kami butuh perjuangan yang berat juga biaya hidup di Jerman yang tidak kecil. Jadi, sudah bisa sampai ke kastil ini aja kami udah bahagia. Bahagia itu sederhana kan.
Untungnya perbukitan ini masih tertutup pohon-pohon yang rindang, jadi matahari summer tidak terlalu kerasa. Kalau di jalan dari stasiun tadi kami masih sempat foto-foto, sekarang kami lebih fokus untuk bisa mencapai kastil. Beginilah kalau sudah tidak lama naik gunung, latihan fisik pun hanya sesekali, trekking 5 kilometer saja sudah bikin saya ngos-ngosan. Akhirnya kami sampai setelah hampir dua jam berjalan kaki.
Jalur trekking yang kami lewati menembus ke bagian belakang kastil. Masih ada satu tangga lagi yang harus kami naiki untuk sampai ke depan kastil. What am I doing here? Lelah sekali. Saya langsung merebahkan badan ke bebatuan yang ada di luar kastil, depan kamar mandi. Kami melihat banyak sekali turis di sini, padahal sepanjang kami trekking tidak terlalu banyak pejalan yang lewat. Setelah kami berjalan ke sekeliling kastil, memang ada shuttle bus, yang membawa para turis dari Wierschem. Setelah kami tanyakan, shuttle bus yang ada tidak mengantar ke stasiun terdekat, tapi ke parkiran mobil terakhir di Wierschem. Itu berarti, untuk pulang kami harus trekking lagi.
Dari pada pusing mikirin jalan kembali pulang, kami nongkrong cantik sebentar di kafe yang ada di teras kastil. Makan eskrim semangka dan kentang goreng. Kami memutari kastil di luar area entrance-fee. Kenapa udah jauh-jauh ngga masuk ke dalam kastil? Biaya masuknya mahal bo! Untuk bisa menggapai kota ini saja kami butuh perjuangan yang berat juga biaya hidup di Jerman yang tidak kecil. Jadi, sudah bisa sampai ke kastil ini aja kami udah bahagia. Bahagia itu sederhana kan.
Ini kalau difoto pas musim gugur kayak apa yo... Niken, pesen fotoin pas musim gugur yo
ReplyDeletemagical view banget om pas autumn, sayangnya aku sudah balik ke indonesia, entah kapan bisa kesana lagi ya :p *cari yang lain saja, dunia ini masi luas hehehehe
Delete