Mau plesiran kemana lagi di sekitar Jogja? Sepertinya sudah nggak bisa dihitung pakai jari lagi berapa kali saya main ke kota yang katanya paling romantis di Indonesia ini. Tulisan ini melanjutkan cerita perjalanan saya ke Jogja bersama Bre tahun 2018 lalu, lelungan dan mangan-mangan in Jogja. Saat itu saya blogwalking dan melipir ke blognya mba Mei, yang lagi menetap di Jogja. Doi nulis tentang gumuk pasir, jadilah saya menawarkan Bre untuk main ke tempat ini.
(28 April 2018) Kami berangkat agak pagian karena males berpanas-panasan naik motor. Jogja sekarang panas banget. Sejak kapan Jogja dingin? Yang dingin cuma di Kaliurang ke atas aja, itu pun sekarang kata nya juga panas karena volume kendaraan roda empat meningkat. Sampai di area Pantai Parangtritis panasnya Masha Allah. Kayaknya kami berdua salah kostum pakai atasan kaos hitam.
Untuk menuju lokasi Gumuk Pasir yang benar, kata kunci nya adalah Sand Dunes in Parangkusumo. Kami agak bingung awalnya dan sempat bolak-balik. Kami sampai sekita pukul setengah sebelas siang karena kelaman leyeh-leyeh di warung soto saat singgah mengisi perut untuk sarapan.
Setelah parkir di samping warung makan, kami berdua jalan-jalan ke area gumuk pasir. Jeprat-jepret kamera lalu kami bingung mau ngapain lagi di sini selain kepanasan jalan-jalan di atas pasir? Kami kembali ke warung tadi dan melihat ada beberapa papan selancar di gantung. Sambil ngobrol kami ditawari untuk belajar sandboarding cukup dengan 100 ribu rupiah saja, berdua. Bre, yang memang memang suka hal-hal baru, langsung mengiyakan. Saya sendiri masih mikir, ini panas nya sudah nggak ketulungan. Mau jadi segosong apa jadinya kita.
Dari warung, kami harus jalan kaki dulu menyebrangi gurun pasir sampai di titik tempat main sandboarding |
Mas nya meragain |
Pas kita coba jatuh dulu berkali-kali |
Setelah dicoba, ternyata belajar sandboarding itu susah-susah gampang. Menurutku lebih mudah dari surfing karena board nya kecil jadi lebih mudah dikendalikan. Sisi sulit snowboarding sama seperti surfing yaitu saat kita harus kembali ke posisi sebelum mulai selancar. Harus jalan kaki menanjak di atas pasir itu melelahkan sekali bo!
Cie.. akhirnya bisa! |
Kata mas yang ngajarin (aku lupa mas nama mu, ini udah dua tahun baru ku tulis sih hahaha), kunci supaya berhasil berselancar adalah jangan takut jatuh. Santai saja pokoknya, kalau jatuh pun nggak akan sakit kok. Iya empuk banget emang pasirnya :))
"Mas, kok sepi ya cuma kita aja ni yang main. " Tanya saya ke mas yang dengan sabar mengajar kita sampai bisa.
Jawab masnya, "Siang gini mana ada yang mau main mbak, nanti sore baru ramai."
"Yaudah mas, daripada mas nya kasian siang-siang bolong gini nemenin kita kelamaan, mending fotoin kita meluncur berdua deh. Terus mas nya balik aja, kita main sendiri. "
Cara meluncur berdua gampang kok, minta dorong aja sama mas nya. Hahaha. |
Bre masih lanjut main snowboarding, saya melipir ke belakang mencari tempat berteduh di bawah pohon. Nggak lama, perutku keroncongan dan persediaan air minum pun mulai habis. Saya memaksa Bre untuk kembali ke warung. Kami memesan dua porsi Magelangan dan es kelapa muda. Sambil makan, saya perhatikan siang itu ada beberapa turis yang datang, tapi ya memang hanya sekadar untuk mengabadikan diri terus pergi. Siapa juga yang mau siang-siang main selancar di situ. Tapi karena kami salah timing setidaknya kami tidak cuma numpang foto, ada #achievementunlocked. Surfing ✓, sandboarding ✓, skiing ✓. Apalagi ya?
Aku tiap ke Parangtritis kok kerjaannya cuma duduk diem gak jelas ngeliatin pengunjung sama mantengin tukang delman doang ya :D
ReplyDeleteCoba sesekali main layangan om soalnya di sana angin nya gede hahahaha
Delete