Berkebun menjadi trending saat pandemi. Kegiatan yang tentu saja banyak dihabiskan di rumah ini menjadi alternatif bagi kita yang memang tidak bisa melakukan banyak aktivitas di luar rumah. Sekarang berkebun jadi hal yang banyak digemari. Dampak yang paling terasa adalah harga tanaman hias yang melonjak dratis. Apakah saya menjadi salah satu korban kebiadaban harga tanaman? Ah, menurut saya tidak. Tanaman hias termahal yang pernah saya beli baru Pohon Ketapang Kencana setinggi 1,2 meter, seharga 65 ribu rupiah (tanpa ditawar).
Terlepas dari harga tanaman hias yang semakin tak masuk akal, saya mencoba fokus untuk merapihkan kebun belakang rumah yang tak terurus. Lain waktu saya akan menulis tentang koleksi tanaman hias yang ada di kebun belakang rumah. Salah satu daftar harapan saya untuk merapihkan kebun belakang adalah membuat Raised bed. Apa itu Raised bed? Begini kalau kata Wikipedia:
Raised-bed gardening is a form of gardening in which the soil is enclosed in three-to-four-foot-wide containment units, which are usually made of wood, rock, or concrete and which can be of any length or shape.
Raised bed adalah lingkup lahan yang dibuat di atas tanah atau dak kemudian dibatasi dengan wadah. Atau bahasa sederhananya: Bak Tanaman.
Berkebun dengan Bak Tanaman adalah salah satu teknik berkebun yang mudah karena kita tidak harus melakukan proses pemurnian lahan sebelum menanam. Berkebun dengan teknik ini juga memangkas proses penggemburan tanah menggunakan cangkul —bagian fisik paling melelahkan. Berikut saya akan berbagi pengalaman saya dalam membuat Raised bed berukuran 80 x 120cm.
Hal yang perlu disiapkan:
Pembatas lahan
Bisa menggunakan barang bekas seperti genteng, batu, kulit kelapa bekas, kayu atau bisa juga dengan batu bata atau beton potong. Berhubung cuaca di Indonesia panas dan hujan sepanjang tahun, saya memilih menggunakan genteng beton karena lebih awet dan sangat mudah dalam pemasangannya. Jika tidak punya genteng bekas bisa beli di toko pengepul genteng dan kayu bekas atau lewat ecommerce. Harganya sebetulnya sangat murah sekitar 1000 rupiah per buah. Berhubung di dekat rumah ada toko genteng, saya memilih untuk beli genteng baru dengan harga yang paling murah (beli lewat ecommerce kena mahal di ongkir!). Jenisnya genteng beton Mutiara, sebuahnya dihargai 7000 rupiah. Ukuran genteng beton ini sekitar 35 x 45 cm, jadi saya hanya butuh 10 buah untuk ukuran raised 80 x 120 cm.
Media tanam
Untuk ukuran Raised bed ini, saya membutuhkan satu karung sekam mentah dan tiga karung besar media tanam yang isi campurannya tanah, sekam, cocopeat, pakis, dan pupuk kandang. Media tanam beli di Bang Boy, toko tanaman langganan dekat rumah.
Peralatan tukang
Saya menggunakan linggis, sendok semen, serokan dan sarung tangan tukang. Linggis mempemudah untuk menggali tanah saat menanam genteng. Sendok semen untuk merapihkan pembatas dan media tanam. Serokan tukang digunakan untuk menabur media tanam. Oiya saya menggunakan sarung tangan tukang saat menggali tanah pakai linggis, biasanya dibeli seharga 7500 rupiah di Toko Bahan Bangunan.
Opsional
Cacahan batang pohon pisang, daun pisang, tanah pekarangan. Saya menambahkan cacahan batang pohon pisang serta tanah merah yang ada di pekarangan. Cacahan batang pohon pisang bermanfaat untuk menahan air pada media tanam sehingga air tidak langsung surut ke tanah. Hal ini dikarenakan posisi media tanam Raised bed yang lebih tinggi dari sekitarnya. Daun pisang untuk menutup Raised bed sebelum digunakan.
Gersang sekali ya nggak ada rumputnya |
Urutan media: Cacahan batang pohon pisang -> Sekam Mentah -> Media tanam campuran -> Tanah pekarangan |
Saat proses ini saya ada yang missed. Dari bapak mertua, untuk tanah pekarangan harusnya disaring dulu karena tanah pekarangan saya bercampur dengan sisa bahan bangunan saat membangun pagar. Hal ini dilakukan agar kerikil dan batu-batu kecil tidak ikut.
3. Yang terakhir opsional, Raised bed ditutup dengan daun pisang. Saya memakai cara ini mengikuti Mbak Rara di hashtag nya #rarabenhomegarden. Nggak ngerti juga sih tujuannya buat apa, tapi saya berasumsi hal ini untuk proses fermentasi media tanam. Setelah 3 sampai 7 hari, daun pisang dibuang dan Raised bed siap digunakan.
Benih Kangkung dan Pokcoy setelah 1-2 minggu |
Kangkung setelah 6 minggu |
Bayam juga |
Regrow Daun Bawang dan Benih Pokcoy |
Panen kangkung dan bayamnya sedikit dulu. Masih sayang gitu hahaha. Berubah jadi Pelecing, makanan khas Lombok. |
Bukan tanaman Raised bed, tapi ikutan panen :)) |
Berkebun menurut saya pekerjaan yang melelahkan dan butuh kesabaran. Ibu saya dulu lebih hardcore lagi, nanam singkong, semangka, melon, pare, timun, dan lain-lainnya. Dan saya yang waktu itu masih kecil memang paling suka ikutan panen. Sekarang semua dimulai dari nol, rasanya setelah Kangkung dan Bayam sampai di meja makan, saya terharu sendiri.
Benih Ubi Cilembu yang rencananya untuk diambil daunnya |
Untuk proyek Raised bed berikutnya saya berencana membuatnya menempel ke dinding pagar, sambil menunggu tanaman dinding (dolar rambat) saya tumbuh lumayan tinggi. Benih yang sudah saya siapkan adalah benih Ubi Cilembu yang tanpa sengaja tumbuh di dapur karena kelamaan disimpan. Akhirnya saya pecah jadi sekitar 4-5 pot.
Sae pisan
BalasHapussip nih. simpan jejak ya mba :D senang ketemu blog ini.
BalasHapusNinggall jejak ah :3
BalasHapus