Tahun 2020 lalu yang terasa begitu cepat terlewati. Banyak perjuangan dan pengorbanan. Mengawali tahun ini saya dan Bre mendapat kesempatan untuk menyapa Bromo kembali. Semenjak 4 tahun silam mengunjungi Bromo, melihat Cemoro Lawang dari kejauhan, saya berkeinginan untuk menginap di Cemoro Lawang, sebuah desa di atas awan yang berada di lereng pegunungan Tengger. Akhirnya terwujud setelah melalui banyak pertimbangan karena kondisi pandemi yang membuat sangat rentan untuk berwisata.
Kami memilih untuk pergi di hari kerja (Senin dan Selasa) pada tanggal 11 dan 12 Januari 2021, setelah libur panjang akhir tahun usai. Beruntung cukup sepi, kami pun bisa berduaan saja main di Air Terjun Madakaripura, yang lokasinya sekitar 1 jam sebelum Cemoro Lawang. Saat di lokasi view sunrise Bromo pun tidak banyak antrian Jeep seperti biasanya. Trip ke Bromo kali ini juga ada yang berbeda, kita diharuskan untuk memesan tiket terlebih dahulu melalui website resmi TNBTS (Taman Nasional Bromo Tengger Semeru) serta menyiapkan fotokopi KTP, Surat Keterangan Sehat atau hasil Rapid Test atau PCR Swab.
Dari tiga jalur menuju Bromo, saya paling suka jalur Probolinggo. Sepanjang jalan dari Kota Probolinggo bikin hati adem. |
Pukul 2 siang dalam perjalanan ke Cemoro Lawang |
Setelah trekking singkat ke Air Terjun Madakaripura, kami menuju Cemoro Lawang. Masih siang tapi semakin mendekati desa ini, kabut semakin tebal. Tangan kami mulai terasa dingin dan mulai kaku. Perkiraan suhu siang itu sekitar 12 derajat celcius.
The bonus view from hotel. |
Setelah check-in di Saputra View Bromo Guest House, kami beristirahat sebentar sampai perut ku terasa lapar dan ngidam bakso kuah panas. Saat keluar kamar kami tercengang saat melihat ke belakang Guest House. Terlihat dengan jelas Gunung Bromo berjejer dengan Gunung Batok yang tadi tertutup kabut tebal.
Kami pupuskan makan bakso karena warung bakso yang buka cukup jauh dari Guest House. Kami putuskan untuk jalan-jalan ke Seruni Point, lokasi melihat matahari terbit Gunung Bromo. Tujuannya untuk survei kondisi jalan, karena kami bakal gelap-gelapan sehabis subuh esoknya kesana.
Jalan menuju Seruni Point dikelilingi hamparan ladang sehingga tercium aroma pupuk kandang. Kondisi jalan kurang bagus karena sering dilalui truk pengangkut hasil panen. Ada satu-dua tanjakan yang cukup tinggi dan berbelok menukik. Jarak dari Saputra Guest House ke Seruni Point sekitar 2 Km. Kita diharuskan parkir di depan warung. Setelah itu berjalan kaki yang lumayan menanjak sekitar 550m, atau bisa juga menggunakan kuda. Lalu dilanjutkan dengan menaiki 250 anak tangga (saya beneran hitung lho ini besokannya).
Sepanjang jalan yang sangat sepi, di warung terakhir tempat parkir motor, saya bertemu dengan seorang bapak menggunakan sarung di leher khas orang Tengger. Kami berbincang sejenak dengan beliau lalu karena langit sudah mulai gelap kami pamit dan kembali turun ke desa. Makan nasi goreng jawa dan minum susu hangat di Kusuma Kitchen, kafe mungil depan Guest House.
Pemandangan dari jalan setapak ke Seruni Point |
Pemandangan dari anak tangga ke Seruni Point. Tempat pemberhentian terakhir kuda yang mengantar turis. |
250 anak tangga yang beneran saya hitung :p |
Gunung Batok yang nampak paling depan, Gunung Bromo yang sedang mengeluarkan asap belerang dan Gunung Semeru yang tampak jelas berdiri kokoh menjadi gunung tertinggi di Pulau Jawa |
Cuma di spot ini yang kosong (kami membelakangi Cemoro Lawang). Spot lainnya sudah terkolonisasi wisatawan. |
Meskipun pemandangan matahari terbit di Gunung Bromo tidak secerah empat tahun lalu, berkesempatan untuk tinggal satu malam di Desa Cemoro Lawang cukup membuat saya puas. Setelah hampir satu tahun tidak kemana-mana, trip ke Bromo kali ini tentu saja membekas di hati, sama seperti trip-trip ke Bromo sebelumnya. Dan juga mengobati rindu ke alam setelah hampir setahun bertahan di rumah saja. Bromo yang tak pernah membuat saya bosan. The magical Bromo never ceases to amaze me.
BAGUS BANGETTTTTTT :")
BalasHapusayok ke Bromo lagi Mir ^^
HapusWaw Ken bagus banget ya pemandangannya
BalasHapusHai Niken, ini bagus banget ya Bromo. Pemandangannya gak kayak yang orang-orang ceritain biasanya. Bisa di atas awan gitu, hiks terharu. Kami suka banget tempat-tempat seperti ini, semoga someday bisa ke sana dan perginya pas weekdays.
BalasHapusTerus ngebayangin, orang TikTokan di atas gitu, joged joged gimana sih hahaha. Kan suasananya syahdu. Sungguh membingungkan.
Terima kasih sudah mampir, Justin. Meskipun udah 4 kali kesana saya pun masih kepingin balik lagi, nginep lagi di Cemoro Lawang. Seperti yang kamu bilang, suasananya yang syahdu nggak akan bikin bosan. Semoga bisa segera ke sana ya! If you need more information, you can read my other journal http://www.n-journal.com/2021/03/catatan-dan-rute-perjalanan-lengkap-ke.html
Hapus