Menjelajah Sumba, sebuah pulau di timur Indonesia adalah impian saya sejak 9 tahun silam. Bisa berkuda di Sumba, rasanya mimpi banget. Ya memang masih mimpi sampai sekarang. Hehe. Tapi kali ini saya mendapat kesempatan naik kuda, untuk pertama kalinya.
Setelah menghabiskan pagi di Seruni Point —menikmati Bromo dari ketinggian, kami berencana kembali ke Kota Malang melalui jalur Tumpang. Dari penginapan kami langsung menuju Gerbang Masuk Cemoro Lawang Bromo, di sini kita baru memperlihatkan lembar konfirmasi tiket yang sudah kita beli online beberapa hari sebelumnya, serta Surat Keterangan Sehat dari puskesmas. Dari gerbang ini sampai ke padang pasir Bromo ternyata sangat dekat. Ini sih kalau mau ke Bromo tinggal jalan kaki daripenginapan juga bisa sebenarnya.
Belum ada keinginan untuk punya kendaraan roda empat karena sekarang sudah banyak jasa transportasi online. Butuh mobil tinggal klik-klik saja di gawai. Tapi semenjak wabah Covid-19 menyerang, kami mau tidak mau butuh kendaraan pribadi agar tidak insecure saat bepergian. Karena dana yang belum cukup dan tidak mau mengambil cicilan, akhirnya kami putuskan untuk membeli mobil bekas dengan cara cash. Berikut pertimbangan kami membeli mobil bekas:
- Untuk menjangkau mobil baru sekarang berarti kami harus mengambil kredit. Tapi cicilan di leasing kan riba. Kami sedang belajar untuk menghindari itu.
- Perhitungan kredit mobil baru sudah jelas merugikan. Meskipun dengan dalih harga kredit lebih murah dari pada harga cash, setelah dihitung total tetap saja harga kredit jauh lebih mahal.
- Mobil bekas jika dijual lagi tidak akan mengalami kerugian yang signifikan. Tapi lebih ke penggunaan saja.
- Sudah banyak jasa inspeksi mobil yang bisa meyakinkan kami untuk memutuskan membeli mobil bekas tahun lama.
Selain suhu dingin Malang, salah satu yang membuat saya betah tinggal di sana adalah harga perkopian nya yang murah. Dibandingkan kafe-kafe di Jakarta, harganya bisa lebih murah sekitar 10-20 ribu rupiah. Banyak sekali kafe yang bisa ditemukan di tiap sudut Kota Malang. Selama dua bulan tinggal di rumah mertua, saya beberapa kali mampir ke kafe, menemani Bre yang kadang jenuh kerja dari rumah.
Berikut beberapa kafe yang sempat saya kunjungi saat di Malang. Dari foto-foto nanti terlihat kafe yang kelihatan sepi. Memang kami sengaja memanfaatkan waktu paling pagi kafe buka, mengingat kondisi pandemi saat ini yang bikin insecure kalau terlalu lama bersama orang asing dalam satu ruang. Seperti yang sudah saya tulis dalam postingan sebelumnya, kafe-kafe di Malang lebih ramai dipadati saat menjelang sore hingga malam hari. 3 dari 6 kafe yang ada di sini juga sudah saya tulis di postingan tersebut.
Setelah empat kali ke Bromo, akhirnya saya punya catatan rute perjalanan lengkap yang bisa dipilih menyesuaikan kondisi dan tujuan ke sana. Catatan yang saya buat lebih sesuai untuk kamu yang melakukan perjalanan mandiri tanpa menggunakan tur.
Bromo adalah salah satu gunung aktif yang masuk ke area TNBTS atau Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, Jawa Timur. Lokasinya berada di antara empat wilayah kabupaten yaitu Pasuruan, Lumajang, Probolinggo dan Kabupaten Malang.