Yahoo— akhirnya nyempetin jalan-jalan meskipun singkat dua hari satu malam, ke kota sebelah Jakarta yang hanya ditempuh dalam waktu kurang dari satu jam. Awalnya saya dan Bre berencana ke Bandung atau Cirebon. Melihat kondisi saya yang kurang fit pasca kontrol ke dokter kandungan, kamipun merubah haluan ke Bogor. Sehari sebelumnya saya langsung memesan satu kamar di Swiss Belinn Bogor.
7 Februari 2023
Masih setengah bangun di kasur, nggak nyangka langsung disodorkan sepotong sponge cake Harvest. Saya baru ngeh hari itu ulang tahun saya. Namanya baru setengah bangun jadi masih blank. Seperti ritual tahunan, bangun tidur langsung makan kue. Memang hari itu sudah kami rencanakan untuk trip singkat, setelah terakhir bulan Agustus kami berkemah di Bukit Kabayan dan September tahun lalu main ke Jakarta Aquarium. 4 bulan kami nggak kemana-mana. I need vacation!
Soto Mie Mang Ohim
Kami berangkat agak siang setelah sarapan, wong Bogor deket. Saya cek di map hanya 45 - 50 menit lewat tol. Tujuan kami langsung ke Soto Mie Mang Ohim karena sarapan tadi nggak banyak, jadi kami brunch soto mie khas Bogor.
Soto mie adalah salah satu pilihan menu saya kalau lagi libur masak dan bingung jajan di aplikasi daring. Tapi Bre jarang sekali ikut beli, dia lebih memilih menu yang lain. Maka kali ini saya mengajaknya makan soto mie langsung di Bogor, siapa tahu nemu yang enak jadi dia bisa suka. Beruntung sekali ternyata dia suka, menurutnya highlight dari soto mie Mang Ohim adalah kaldu kuahnya yang umami dan dagingnya yang banyak dan empuk. Gurih kuahnya bukan dari penyedap rasa dan dagingnya juga daging betulan dengan sedikit urat bukan campuran tetelan dan jeroan.
Gerobak khas soto mie bogor |
Semangkuk soto mie dan kroket kering |
Kami memesan 2 soto mie dan 1 nasi. Kalau melihat porsi satu mangkoknya sebetulnya tanpa nasi juga sudah cukup membuat kenyang karena di dalamnya juga sudah ada karbo yaitu irisan kentang rebus dan tentu saja mie kuning. Selain itu ada irisan kol, tomat, emping, daun bawang dan risol. Satu hal yang membedakan soto mie ini dengan yang lain adalah risol yang digunakan. Orang Bogor biasanya menyebutnya kroket bihun atau lumpia, bukan risol. Jadi kroketnya ini kering, sehingga pas nyemplung ke kuah ia tidak jadi lembek dan benyek tapi tetap renyah saat dimakan. Kuahnya makin segar dengan tambahan perasan jeruk limau.
Hello Summer Cafe
Kenyang makan soto, kami lanjut mampir ke Hello Summer sekitar pukul setengah 12 siang karena check in hotel masih lama (pukul 2 siang). Kami memutuskan untuk leyeh-leyeh dulu sambil ngobrol di kafe ini. Lantaran bukan akhir pekan, kafe ini tidak terlalu ramai apalagi masih siang.
Rancangan kafe ini mengusung ala-ala beach club di Bali. Memang cocok sekali dengan model kafe kekinian yang sering jadi objek foto.
Tidak lengkap nongkrong di beach club tanpa minum kelapa muda utuh. |
Menyesuaikan tema kafe ini saya memesan kelapa muda utuh dan tentu saja kesukaan Bre cappucinno, berhubung siang panas jadi pesan yang dingin. Nyemilnya kentang goreng truffle, karena tadi masih kenyang jadi kami tidak makan lagi di sini.
Area outdoor di lantai atas. Panas yaa.. di sini sih enaknya pas hujan-hujan gerimis |
Ruang indoor yang cukup dingin. |
Kami memilih untuk bersantai di ruang indoor yang ber-AC. Untuk bagian outdoor tersedia juga di lantai 2. Bagian ruang indoor cukup luas dan tidak terlalu terang sehingga nggak bikin sakit mata meskipun jendelanya besar. Sayangnya kursi dan meja di ruangan indoor yang cocok untuk kerja kurang banyak. Sebagian besar lebih cocok untuk bersantai dan merebahkan punggung. Untuk ambience musiknya siang hari ini masih enak di telinga, jadi tidak mengganggu jika kamu ingin bekerja di kafe ini.
Lumpia Basah Taman Kencana
Menghabiskan sisa sore, Bre berenang di kolam. Saya nggak ikutan karena saran dokter untuk menghindari olahraga dulu.
De' Luit Bogor
Nasi Jambal dan Es Pala |
Teras kafe Kopi Nako yang menghadap Gunung Salak Mendung tapi perlahan gunungnya mulai nampak |
Foto kiri: Booth Kopi Nako dengan kafe yang ada di lantai 2 Foto Kanan: Teras pelataran menghadap gunung |
Teras pelataran yang menghadap gunung. Masih pagi namun berkabut sehingga Gunung Salak belum terlihat. |
Kalau tiba-tiba hujan, pindah ke rumah-rumah segitiga itu |
Gurih 7
Biar makin lengkap, perjalanan kuliner di Bogor kami akhiri di restoran sunda dan Gurih 7 adalah salah satu yang terkenal di kota ini. Lokasinya juga sekalian jalan pulang ke Jakarta, tidak jauh dari pintu tol ke Jakarta. Waktu terakhir ke Bogor kami sudah ada rencana mampir ke restoran ini, tapi saat lewat di depannya saya agak sangsi karena tidak terlihat sama sekali seperti restoran sunda. Ternyata pas kami masuk, yang terlihat dari depan hanyalah toko oleh-oleh dan parkiran kecil. Restorannya sendiri berada di belakang dan terletak di bawah jadi memang tidak kelihatan dari jalan raya.
Lumayan lah, Bre 20 menit bobok di sini. |
Senang sekali meskipun kami hanya berdua kami bisa dapat spot duduk di saung. Jadi saya bisa rebahan dan Bre bisa numpang tidur sejenak menghilangkan kantuk. Bogor yang mendung ditambah suara deras aliran air membuat kita betah bersantai di restoran ini. Temanya mirip dengan suasana resto sunda lain seperti Gubug Mang Engking. Ah bulan depan mau ngajak keluarga ke sini.
Berhubung saya sudah terlanjur makan nasi di Warung Djati, kami hanya memesan camilan saja di Gurih 7. Bre memesan Karedok karena sedang diet karbo, saya memesan bakwan jagung, singkong garlic dan Es Goyobod. Karedoknya segar, bumbu kacangnya pas dan porsinya juga cukup besar jadi lumayan bikin kenyang. Bakwan jagungnya terlalu tebal sama tepung. Untuk singkong garlicnya terbaik ini sih. Rasanya lebih mirip ubi karena manis dan empuk, bumbu garlicnya mirip bumbu cabe garam, rasanya gurih dan pedas enak. Nah yang terakhir es goyobod, ini adalah minuman khas Jawa Barat, dulu saya sering banget beli saat kuliah di Bandung. Untuk menu makan besarnya belum ada yang saya coba, tapi sepenerawangan saya, kalau camilannya saja enak pasti menu utamanya juga enak.
Singkong Garlic dan Otak-otak Bangka |
Oiya ada satu lagi, saya memesan otak-otak. Sebetulnya saya sudah lama mengidam otak-otak khas Bangka ini, yang dibungkus daun dan dibakar kemudian dimakan dengan dicocol sambal kacang. Camilan ini biasa ditemukan di dekat stasiun oleh abang-abang pakai sepeda. Nah biasanya di restoran sunda juga ada camilan ini sebagai pembuka, makanya saya bela-belain ke sini karena belum berani beli di kaki lima, takut nanti isinya bukan dari ikan tenggiri tapi ikan sapu-sapu. Wkwk.
—
Dari semua kuliner 2 hari kami di Bogor, yang paling membuat Bre mau balik lagi adalah... tentu saja.. Soto Mie! Padahal di Jakarta dia sangat menghindari soto ini. 3 minggu setelah trip ini saya mengajaknya ke Gurih 7 untuk makan-makan dengan keluarga saya, tiba-tiba dia bilang, "Kenapa kita nggak ke Soto Mie Mang Ohim aja?"
No comments
Post a Comment